Tuesday, September 30, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT #6


NAMA:                        YONO
UMUR:                        31 TAHUN
STATUS:                     MENIKAH
PEKERJAAN:            PEDAGANG WARUNG
DOMISILI:                 CIPETE, JAKARTA SELATAN


“Paling main Play Station sama anak, atau jalan ke taman. Ya.. yang gratis-gratis.”


        Sebagai pemilik warung makan di sebuah sekolah swasta didaerah Pondok Indah, Yono, menjalani kesehariannya dengan berjualan dan memasak di warungnya. Tidak hanya para murid dari sekolah tersebut yang datang untuk membeli dagangannya, melainkan tidak sedikit pula orang-orang yang datang kewarungnya untuk sekedar mampir makan siang, atau mengopi. Sebagai seorang kepala keluarga yang memiliki seorang istri dan satu anak laki-laki, Yono selalu berusaha membagi waktunya antara berdagang dan juga waktu bersama keluarga, “ya sehari-hari dagang disini.. sama ngurus anak.. berbagi waktu sama istri.”, ujarnya. “Waktu luang..? ya.. waktu yang senggang. Waktu yang kita gak ada buat kerja. Buat nyantai dirumah.”, kira-kira itulah definisi waktu luang menurut Yono. Ketika saya bertanya apakah waktu luang itu penting bagi Yono, ternyata baginya ada atau tidaknya waktu luang dalam sehari itu bukanlah suatu hal yang dirasa sangat penting baginya, “kalo buat saya sih.. gak ada waktu luang juga gak apa-apa, asal ada duit.”, ujarnya sambil tertawa. Namun, menurutnya waktu luang merupakan sebuah moment yang sebaiknya memang ada, karena menurut Yono waktu luang bisa menjadi salah satu cara untuk me-recovery tubuh dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan tiap harinya.

          Bagi Yono, berlibur dengan keluarga itu dapat menjadi hal yang sangat menyenangkan dan dapat sangat menghibur, namun baginya dengan pergi mengunjungi taman yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahpun, ia tidak masalah, yang penting baginya adalah ia bisa  membawa anaknya untuk bermain ditaman, ketimbang hanya dirumah. Selain itu, ada sebuah hobi dari Yono yang saya lihat ini sebuah keunikan. Ia memang suka untuk pergi ke taman bersama anaknya, namun ia menemukan leisure time lain yang ia rasa lebih menyenangkan dan juga tidak mengeluarkan cost yang banyak, yakni bermain Play Station. Ia mengaku bahwa pergi jalan-jalan bersama keluarga tidak dirasanya sebagai suatu hal yang harus, karena disatu sisi ia merasa bahwa pengeluarannya akan banyak, dan menurutnya bahwa dengan menghabiskan waktu hanya pergi ke taman atau ke suatu destinasi yang ‘gratis’, ia dan keluarganya sudah cukup merasa puas. Meski demikian, apabila memang ia harus pergi keluar rumah selain ke taman dan tempat semacamnya, misalnya membawa keluarganya untuk makan disuatu tempat seperti restoran, ia akan melakukannya, namun tetap dengan perhitugan budget yang sudah ia pertimbangkan.

   Yono juga sempat membagi cerita atau pengalamannya yang ia rasa kurang menyenangkan terkait dengan kegiatan leisure time dia. “Udah ngantri-ngantri, kan bulan puasa, rame banget.. lagi mau jam buka.. masuk ke tempat itu. Eh… udah lama, makanannya jelek lagi. He eh.. gak enak. Sama sekali. Tapi tetep aja bayar.”, cerita Yono sambil mengenang pengalamannya yang kurang menyenangkan itu, namun terlihat senyuman kecil diwajahnya. Tidak lupa ia juga membagi pengalamannya menariknya tentang suatu tempat yang membuatnya merasa terkesan dan berharap bisa ada tempat seperti itu di Jakarta, “palingan di Puncak. Coba di Jakarta udaranya sama kayak di Puncak. Lebih seger. Tapi kan gak mungkin, disini udah banyak polusinya.”, ucap Yono. Ia sangat menyayangkan karena di Jakarta sangat sulit untuk mendapatkan satu spot dimana udara ditempat itu masih sesegar dan sesejuk layaknya di puncak. Ia juga sempat menyinggung masalah transportasi di Jakarta yang membuatnya merasa kurang nyaman dalam hal melakukan kegiatan leisurenya.

       Sebuah suasana atau ambiance yang sejuk dan segar adalah suasana yang Yono dan beberapa informan saya harapkan untuk dapat dirasakan di Jakarta. Terlalu padatnya kendaraan bermotor, dan gedung-gedung itu lah yang membuat kebanyakan dari informan saya merasa sangat menyayangkan kondisi kota Jakarta. Menurut kebanyakan dari mereka, mereka mengutarakan bahwa Jakarta sudah sangat memadai dalam hal pemenuhan kebutuhan sehari-hari. “Apa sih yang gak bisa di dapetin di Jakarta?”, “Jakarta kan kota metropolitan.” Kata-kata seperti demikian sempat terlontar dari beberapa informan saya. Namun, ada salah satu informan saya yang mengutarakan, “Udara sejuklah yang tidak dimiliki oleh Jakarta.”. Hal tersebut sudah sedikit banyak mewakili apa yang menjadi harapan bagi sebagian masyarakat terhadap Jakarta. Mereka sudah sangat senang dan bangga dengan kemodern-an Jakarta, namun mereka tetap berharap ada sedikit perubahan dari Jakarta khususnya lingkungan hijaunya, minimal menambahkan beberapa taman kota seperti taman Suropati, sudah dirasa cukup bagi mereka yang ingin merasakan ‘sejuk’nya kota Jakarta sebelum menjadi se-metropolitan sekarang. Ayo, Jakarta pasti bisa menjadi lebih baik!

JAKARTA REPOSE PROJECT #5


NAMA:                   SANDY
UMUR:                   20 TAHUN
STATUS:                BELUM MENIKAH
PEKERJAAN:       GROOMING PETS
DOMISILI:            KRAMAT DJATI, JAKARTA TIMUR


“Gak bisa pergi ke alam luas, kalo di Jakarta itu.”

            Sebagai seorang pegawai di sebuah salon hewan atau pet shop di Jakarta, Sandy, yang berusia 20 tahun ini memiliki kegiatan utama merawat atau grooming hewan, terutama kucing. Ia merasa bahwa waktu luang adalah sebuah hal yang penting, yang harus ada dalam kesehariannya. Menurutnya, definisi waktu luang itu sendiri adalah kegiatan yang dilakukan guna menyegarkan pikira, dan refreshing dari pekerjaan sehari-hari, “bisa beristirahat, memulihkan tenaga, menjernihkan pikiran.”, ujarnya. Ia mengaku kegiatan yang biasa ia lakukan disaat waktu luang adalah beragam kegiatan simple seperti ngopi, nonton TV, dan tidur atau beristirahat. Disela-sela kepadatannya pekerjaannya sehari-hari, Sandy selalu menyempatkan atau meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan leisure-nya itu.

           Ia juga mengaku bahwa beberapa aktifitas leisurenya itu bisa dipengaruhi oleh teman-temannya, dan memang ada beberapa yang ia lakukan karena memang itu merupakan interest dia sendiri. Contohnya seperti pergi ke kedai kopi. Ia kebetulan menyukai kegiatan tersebut, dan juga beberapa temannya mengajaknya untuk mengisi waktu luang bersama dengan pergi ke kedai kopi, “kalo nongkrong kayak gitu, biasanya diskusi tentang tugas, yaudah kayak gitu-gitu doang.”, ujar Sandy. Menurut Sandy, kegiatan yang ia lakukan dalam mengisi waktu luang tidak mesti selalu rutin dilakukan, misalnya seperti pergi bersama teman, ia mengaku bahwa kegiatan tersebut dilakukannya hanya apabila memang memiliki waktu saja, “nggak.. nggak dipatokin hari ini pergi, besok juga harus pergi. Nggak.”, jawabnya.

     Sandy juga sempat bercerita mengenai pengalamannya mengenai tempat yang memorable baginya, “tempatnya.. kayak air terjun gitu, pernah datengin di Cianjur.”, ujarnya sambil mengenang liburannya ke Cianjur pada waktu itu. Namun, menurut Sandy, ada beberapa kegiatan yang tidak dapat ia lakukan karena faktor waktu yang menghambat, seperti bepergian keluar kota untuk menikmati alam yang sejuk. Alasan utamanya waktu menjadi penghambat baginya adalah karena terkait urusan pekerjaan. Pilihannya untuk dapat berlibur keluar kota tidak terlepas dari keinginannya untuk melakukan kegiatan yang berbau adventure, yakni hiking atau naik gunung. “Pengalaman di gunung-gunung terpencil di daerah Cianjur. Pengalamannya.. seru aja. Bisa mengenal alam lebih dekat, bisa merasakan alam yang sesungguhnya.”, jawabnya sambil bercerita mengenai pengalamannya. Sandy sebagai orang yang ingin dapat lebih dekat dengan alam, sangat berharap adanya tempat atau venue yang serupa dengan alam luas untuk dapat dinikmati di Jakarta. Menurutnya, di Jakarta sudah terlalu banyak gedung, dan mall sehingga sangat sedikit lahan yang ada untuk dapat dinikmati sebagai alam bebas.

Sunday, September 28, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT #4


NAMA:                    CHETIA GESUMA
UMUR:                    54 TAHUN
STATUS:                 MENIKAH
PEKERJAAN:        IBU RUMAH TANGGA
DOMISILI:             KELAPA GADING, JAKARTA UTARA


“Menurut tante sih leisure itu ya.. me time.”


           Informan yang keempat kali ini adalah ibu dari seorang sahabat SMA saya, yakni tante Chetia. Beliau kini berusia 54 tahun dan merupakan seorang ibu rumah tangga. Beliau memiliki tiga orang anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Anak pertama dan kedua sudah bekerja sedangkan anak yang ketiga sekarang baru lulus kuliah. Kegiatan yang dilakukan oleh beliau sehari-hari adalah melakukan pekerjaan rumah tangga sama seperti ibu rumah tangga pada umumnya. Menurut beliau, leisure itu adalah waktu untuk quality time with herself, dalam artian adalah waktu yang harus ada untuk menghilangkan stress, refreshing, dan relaxing. Kegiatan favorite yang biasa beliau lakukan saat waktu luang adalah bertemu dengan teman-teman lamanya, sambil melakukan arisan, “maksudnya tuh arisannya gak gede-gede, cuma buat ngumpul-ngumpul aja, gitu.”, ujar beliau. “Kalo belanja-belanja sih bisa dibilang hobi gak hobi deh.”, ujarnya sambil tertawa. Beliau juga rutin melakukan kegiatan arisan dalam mengisi waktu luangnya yakni sebulan sekali, “kalo ketemu temen-temen itu kita memang sering itu sebulan sekali lah.”, jawab beliau.

             Beliau juga memberitahu cara me-manage budgeting untuk leisure time-nya dengan keluarga yaitu dengan cara menyisihkan sebagian uang dari uang bulanan yang diberikan oleh suaminya karena beliau tidak bekerja. Beliau tidak mempersiapkan budget khusus untuk liburan keluarganya. Kegiatan yang beliau sering lakukan dalam mengisi waktu luangnya dengan keluarga adalah pergi jalan-jalan misalnya seperti ke Bandung, dan mengincar kuliner dari tempat yang dituju. Namun dibalik ke easy-going-annya, beliau juga memiliki beberapa kegiatan yang dirasa kurang menarik untuk dilakukan saat leisure time, yaitu kegiatan-kegiatan yang berbau olah raga, ataupun memacu adrenalin atau adventure. Namun berbeda dengan tante Chetia, anak-anak lelakinya masih menyukai kegiatan yang berbau olah raga untuk menghabiskan waktu luangnya  “yang cowo sih biasanya ya itu sendiri.. seperti lari, yang gitu-gitu deh.. berenang. Kalo yang cewe ya gitu karena emang dia hobi masak, ya kadang-kadang kita masak sama-sama.”, ujarnya sambil bercerita mengenai hobi anak laki-laki dan anak perempuannya. Setelah berbicara banyak tentang ketiga anaknya, tante Chetia akhirnya bercerita mengenai hobi dan kegiatan apa yang suka beliau lakukan pada saat waktu luang dirumah. Beliau menyukai baca buku, dan terlebih beliau sangat suka memayet baju. Beliau lebih menyukai menghabiskan waktu luangnya didalam rumah karena menurutnya bila keluar rumah, beliau merasa Jakarta sudah terlalu padat dan macet. Tante Chetia juga kurang menyukai tempat outdoor yang terlalu bising dan ramai, “pusing tante. Kayak mall-mall yang terlalu rame orang..  kan pusing.”, ujarnya.

          Tante Chetia juga sempat bercerita pengalaman yang kurang menyenangkan saat mengisi waktu luangnya yakni pada saat liburan bersama keluarga ke Malaysia, “disana sebetulnya tuh kita pesen kamarnya tuh untuk triple, tapi didalem kamarnya tuh kita dikasih yang double.. kita gak sadar karena kita check-in tuh udah malem. Terus tau-tau abis mandi kita baru sadar.”. Tante Chetia juga mengutarakan hal yang sebenarnya membuat ia kesal adalah karena menurutnya pihak hotel yang bersalah namun bagian front desk hotel itu tidak mau mengaku salah, “yang tante kesel tuh ya, itu si front desk nya tuh ya gak mau ngaku.. tadinya dia gak mau ngaku kalo dia yang salah. Itu sih yang bikin jengkel.”, ujarnya sambil terlihat kekesalan diraut muka beliau saat menceritakan pengalaman yang tidak menyenangkan itu.

            Seperti kebanyakan orang pada umumnya, tante Chetia juga menyukai tempat yang sejuk dan banyak pepohonan hijaunya. Beliau bercerita mengenai memorable experience-nya saat ia berlibur dengan keluarga di Malaysia. Beliau sangat menyukai sebuah taman yang terletak ditengah-tengah sebuah mall, karena taman tersebut sangat bagus, dan taman tersebut banyak yang mengunjungi. Beliau sangat mengharapkan ada tempat seperti itu di Jakarta.

JAKARTA REPOSE PROJECT #3


NAMA:                    CAECILIA HERIJANTI
UMUR:                    50 TAHUN
STATUS:                 MENIKAH
PEKERJAAN:        IBU RUMAH TANGGA
DOMISILI:             MENTENG, JAKARTA PUSAT


“Tau kan kalo kerjaan sehari-hari tuh monoton, itu-itu aja, seperti lingkaran setan yang sudah tau waktunya masing-masing, jam segini harus apa, jam segitu harus apa.”


Kali ini informan saya yang ketiga adalah ibu dari salah satu sahabat saya, tante Caecilia yang biasa saya panggil tante Lia. Beliau kini berusia 50 tahun, dan memiliki tiga orang anak perempuan, yang pertama berusia 22 tahun dan sudah menjadi lulusan fakultas hukum Universitas Indonesia, yang kedua yakni yang sekaligus merupakan sahabat saya yang berusia 20 tahun, sedang menyelesaikan skripsinya di jurusan business management Raffles University di Singapore, dan yang ketiga berusia 12 tahun dan sedang dalam jenjang SMP di Raffles School Pondok Indah.

Tante Lia yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini, dikesehariannya adalah sibuk mengurus keperluan rumah tangga sama seperti ibu rumah tangga lainnya, yakni mengurus suami dan anak-anaknya. Baginya waktu luang itu dirasa sangat penting karena kepadatan kegiatannya sehari-hari telah sangat membuatnya lelah dan penat. “Kalo leisure time menurut aku tuh itu waktu untuk keluar dari rutinitas kerja sehari-hari, waktu seneng-seneng sama keluarga, sama temen, atau diri sendiri yang sama sekali gak ada hubungannya dengan kerjaan sehari-hari.”, kira-kira seperti itulah definisi waktu luang menurut beliau. Hal-hal yang biasa beliau lakukan saat leisure time terutama bersama keluarga adalah liburan bersama, dan kegiatannya itu bercampur mulai dari yang hanya untuk relaxing seperti menghabiskan waktu melihat keindahan pantai, atau pergi kesuatu objek wisata untuk menikmati pemandangannya, sampai dengan kegiatan yang memacu adrenalin, karena suami beliau menyukai hal-hal seperti itu, “jadi walaupun anaknya perempuan-perempuan semua, tapi dia maunya tuh anaknya kelaki-lakian. Jadi misalnya kalo kebetulan ke Bali tuh, ya dia maunya yang naik parasailing, water sport.. terus kebetulan kalo misalnya kita keluar negeri gitu kita sering yang kayak naik roller-coaster, jadi gak.. gak yang terlalu perempuan banget deh.”, ujar beliau. Kebanyakan dari kegiatan yang dilakukan tante Lia dan keluarga itu memang didasari dari ajakan sang suami yang kebetulan berlatar belakang sebagai seorang atlit renang, sehingga ada dorongan dari sang ayah untuk anak-anaknya agar menyukai kegiatan-kegiatan yang mengarah ke olah raga. Beliau juga mengatakan bahwa ada juga pengaruh dari beberapa masukan keluarganya atau koleganya mengenai tempat-tempat atau objek wisata yang kiranya bagus untuk dikunjungi.

Bagi tante Lia dan keluarga, berlibur bersama merupakan hal yang sangat diperlukan, terkait dengan kesibukan masing-masing anggota keluarga setiap harinya. Namun kegiatan tersebut tidak mesti dilakukan secara rutin, “kalo untuk rutin sih sebenernya gak selalu jadi patokan harus ‘oh dalam 1 bulan harus 3 kali, 2 kali’ sebenernya gak juga. Lebih ke ini aja.. ada waktunya aja. Jadi kadang-kadang ‘ah lagi pengen nih’ liat anak-anak ada waktunya gak.”, ujar ibu tiga anak ini. Tante Lia juga sempat memberi tahu bagaimana cara ia memanage budget untuk liburan bersama keluarganya, yakni dengan adanya budgeting sendiri memang khusus untuk liburan keluarga, misalnya seperti pada akhir bulan atau pertengahan tahun, terutama pada saat anak-anaknya ada waktu luang untuk liburan, dari situ beliau dan suami mulai melakukan perhitungan dan persiapan budget untuk liburan bersama. Selain itu, bagi tante Lia dan keluarga, tidak menjadi suatu hal yang masalah dalam masalah ‘merogoh kocek’ selama liburan dan apa yang mereka harapan dengan budget yang dikeluarkan itu setimpal atau worth it.

Menurut tante Lia, kegiatan yang beliau dan keluarga rasa kurang menyenangkan untuk dilakukan saat waktu luang adalah apabila saat sedang liburan, bersenang-senang menghabiskan waktu bersama keluarga, tetapi harus  mendapat kendala yakni panggilan atau gangguan untuk urusan pekerjaan dari kantor suaminya, “jadi kayaknya kita yang udah bikin jadwal, kita udah ekspektasi bahwa kita akan kesini, kesini, kesini, udah dijadwalin semua baik-baik, tiba-tiba itu masuk, jadi ya.. bukan aku aja tapi anak-anak juga bete ya.. jadi ‘oh harusnya jam sekian kita pergi’ ketunda lagi.. itu yang jadi bikin gak enak lah, gitu.”, ujar beliau sambil mengenang liburan bersama yang terganggu oleh urusan kantor.

Namun untuk tante Lia pribadi, waktu luang yang beliau miliki biasanya dihabiskan dengan kegiatan arisan, “kalo untuk aku sendiri ya kebetulan aku ada temen-temen arisan, nah itu ada temen arisan di kuliah, ada temen arisan di SMA, jadi yang kadang-kadang gantian aja waktunya. Nah itu biasanya kadang bisa siang, kadang bisa sore atau malam, dan sebisa mungkin biasanya pasti akan keluarlah.. gitu. Akan hadirlah, karena buat buang bosen aja, gitu.”, jawab beliau. Tante Lia juga beranggapan bahwa di Jakarta segala tempat yang bisa dikunjungi, dalam artian tempat yang terlalu modern dan konsumtif, sudah terlalu banyak, dan hal itu membuat terkadang beliau merasa ‘lelah’ dengan keadaan di Jakarta. Kebetulan, beliau memang lebih menyukai hal-hal yang tidak terlalu berunsur ‘kekotaan’, hal tersebut dapat dilihat dari tanggapannya mengenai tempat liburan yang terlalu ‘modern’, “nah tapi kalo pergipun, di hotelnya aja deh, kalo yang model terlalu formil, kayaknya keluar aja  yang mesti dress up, males banget.”.

Tante Lia dan keluarga memiliki harapan bagi Jakarta, yakni semoga Jakarta dapat diperbaiki terutama dari aspek lingkungannya. Karena lingkungan Jakarta dirasa masih belum cukup tertib dan aman bagi beliau dalam melakukan kegiatan waktu luangnya. Beliau merasa bahwa lingkungan Jakarta masih kurang bersih dan kurang ‘hijau’, dalam artian Jakarta masih kurang asri untuk ditinggali. Begitu juga dengan kebanyakan sisi masyarakat yang masih terlalu memandang level strata, yang menjadikan Jakarta layaknya kota yang kejam. Beliau dan keluarga berharap di Jakarta bisa ada tempat yang cukup asri, minimal taman seperti taman Suropati. Beliau berharap agar tempat-tempat seperti itu diperbanyak, sehingga tidak perlu baginya dan keluarga untuk harus jauh-jauh keluar kota bahkan keluar negeri hanya untuk bisa mendapatkan suasana ‘sejuk’, asri, dan nyaman seperti itu.

JAKARTA REPOSE PROJECT #2


NAMA:                ELVINA MARCELLA
UMUR:                20 TAHUN
STATUS:             BELUM MENIKAH
PEKERJAAN:    MAHASISWA
DOMISILI:         CILANDAK, JAKARTA SELATAN


“Fine sih, outdoor indoor gak masalah asal gak terlalu bising.”

           Setiap individu memiliki kegiatan-kegiatan yang berbeda yang dilakukan dalam mengisi waktu luangnya. Seperti informan saya yang kedua, seorang mahasiswi yang mengambil jurusan Design Interior disebuah kampus swasta di Jakarta Barat, mengaku bahwa menggambar atau membuat sketch bisa merupakan sebuah pekerjaan, sekaligus menjadi kegiatan yang bisa untuk mengisi waktu luangnya. Sebagai seorang mahasiswi Design Interior, menggambar menjadi salah satu kegiatan utama ia dalam menjalani keseharian kampusnya. Tapi, disisi lain, menggambar juga memberikannya sisi entertain karena menggambar juga lah salah satu hobinya, “kalo dirumah biasanya gue cuma nonton TV, atau ngerjain gambar karena gue di major-nya design interior jadi gue kayak suka sketsa ruangan atau something gitu, atau gak sekedar browsing tentang konsep interior yang baru atau semacamnyalah.”, ujar mahasiswi berusia 20 tahun ini.

             Sebagai seorang wanita, sangat wajar apabila kaum ini tidak terlalu menyukai hal-hal yang berbau olah raga atau sport. Sama hal nya dengan Elvina Marcella, yang biasa dipanggil Cella ini, mengungkapkan bahwa ia tidak menyukai olah raga terutama berenang. Namun, Cella tidak demikian dalam memandang kegiatan outdoor. Terbukti dari ungkapannya “kalo outdoor yang tempat rekreasi gitu kayak misalnya kita jarang kesana gitu, contohnya Jungleland, tempat-tempat rekreasi yang ya…buat main-main aja gitu.” menunjukkan bahwa Cella tidak menutup diri dari aktifitas yang menantang adrenalin. Namun sebagai seorang wanita, Cella lebih menyukai waktu luangnya dihabiskan bersama teman-teman, terutama untuk melakukan kegiatan yang lebih chilling seperti pergi ke kafe untuk ngopi, atau ke bar & pub untuk bersantai, quality time dengan teman-temannya, “chill, ngumpul-ngumpul sama temen-temen, ngobrol, yang udah lama gak ketemu, jadi kita bisa lebih sharing sesuatu intens.”, ujar mahasiswi semester 5 di Bina Nusantara University ini. Ada kesamaan yang terlihat dari Cella dan informan pertama saya, bahwa mereka sama-sama tidak menyukai tempat yang terlalu bising, dan mereka memiliki alasan yang hampir sama, yaitu karena tempat yang bising membuat komunikasi satu sama lain pada saat sedang berkumpul menjadi terganggu.

            Cella juga berbagi ceritanya mengenai pengalaman yang ia rasa kurang menyenangkan pada suatu saat ia sedang menghabiskan waktu luangnya, “pernah waktu gue ke Bali, itu gue kayak main board gitu kayak papan di laut, dan itu gue kayak kegulung ombak, dan itu gue gak bisa berenang, dan itu parah banget gue.. kayak udah mau mati gitu, nah iya.. dan itu bikin gue trauma banget sampe gue gak mau ke air lagi.”, ujarnya. Dari pengalaman itu lah Cella mulai lebih concern mengenai kegiatan apa yang akan ia lakukan saat waktu luang, supaya hal-hal yang seperti diceritakan diatas tidak terjadi lagi.

 Waktu luang atau leisure time memang sangat diperlukan, guna untuk menyegarkan pikiran, juga untuk mengistirahatkan tubuh dari padatnya aktifitas yang digeluti setiap hari. Waktu luang tentu dapat diisi dengan kegiatan apa saja selama bagi individu tersebut kegiatan tersebut membuatnya terhibur dan relax. Namun alangkah lebih baiknya bahwa kita memperhatikan keamanan dari kegiatan yang kita lakukan tersebut. Seperti yang bisa kita ambil dari pengalaman Cella yang hampir terbawa ombak ketika ia sedang melakukan kegiatan waktu luangnya saat liburan di Bali. Pergunakanlah waktu luang dengan sebaik-baiknya, dan isilah dengan kegiatan yang menyegarkan dan membuat kita relax, namun harus tetap perhatikan keamanannya. Play safe, guys!

Friday, September 26, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT #1




NAMA:                  JESSE JEREMY PRAWIRO
UMUR:                  20 TAHUN
STATUS:               BELUM MENIKAH
PEKERJAAN:      MAHASISWA
DOMISILI:           DHARMAWANGSA, JAKARTA SELATAN


“Untuk kegiatan yang gua gak suka lakuin itu, rata-rata kegiatan yang kurang produktif, menurut gua ya. Misalnya kayak, pake narkoba, atau gak cuma males-malesan, gak tau mau ngapain.. rasanya tangannya tuh gatel pengen ngelakuin sesuatu. Jadi kalo itu gak produktif, gua gak suka.”


      Sudah sangat wajar kalau setiap individu memerlukan waktu untuk bersantai menikmati waktunya tanpa ada batasan seperti pekerjaan atau rutinitas sehari-hari misalnya seperti kuliah, bekerja, mengurus rumah tangga, dan lain sebagainya. Dengan padatnya aktifitas seperti itu, waktu untuk memanjakan diri sangatlah diperlukan. Waktu atau moment seperti itulah yang biasa kita sebut dengan waktu luang atau leisure time. Waktu dimana dapat kita isi dengan kegiatan yang membuat kita sejenak dapat terbebas dari rutinitas-rutinitas sehari-hari yang tanpa kita sadari membuat lelah atau mungkin stress.

Waktu luang pasti diisi dengan kegiatan-kegiatan yang sedikit banyak dapat menghilangkan stress atau cenderung relaxing dan refreshing. Kegiatan-kegiatan tersebut bisa kegiatan yang bermanfaat atau mungkin hanya kegiatan-kegiatan ringan yang paling tidak dapat  membuat pikiran dan tubuh lebih fresh, misalnya seperti  melakukan hobi atau kegiatan yang disukai oleh individu itu sendiri.

Seperti yang dilakukan oleh salah satu informan saya, seorang mahasiswa berusia 20 tahun, Jesse Prawiro, yang biasa dipanggil Jesse ini, ia cenderung mengisi waktu luangnya dengan melakukan hobi-hobinya yakni bermain musik, fotografi, dan traveling. Dalam melakukan hobinya itu, Jesse tidak hanya melakukannya saat berada dirumah, ia juga melakukan beberapa hobinya diluar rumah. Hobinya yang suka bereksperimen dengan musik dituangkannya melalui disc jockey-ing atau DJ. Selain ketertarikannya dengan musik, ia juga sangat menyukai fotografi. Karena hobinya itu, ia juga jadi menyukai yang namanya traveling. Menurutnya, selain traveling membuatnya lebih relax dan bisa refreshing, ia juga menganggap bahwa traveling bisa sekaligus menjadi media untuk ia dapat hunting foto-foto yang bagus. Kebanyakan orang-orang sekarang terlebih yang suka post sesuatu di social media adalah post mengenai tempat yang sedang hits atau mungkin kebanyakan foto-foto makanan dari restoran yang sedang hits. Namun hal tersebut kurang dirasa menarik bagi Jesse karena ia lebih menyukai hunting foto ditempat-tempat yang belum terlalu mainstream, misalnya foto pemandangan disebuah daerah yang masih belum mudah dijangkau oleh khalayak umum. Jesse memiliki ketertarikan yang sangat tinggi terhadap alam, “gue juga suka hunting foto, karena banyak tempat-tempat yang orang-orang gak tau karena mereka pergi ke mall mulu. Selain appreciate alam, dan menurut gue orang itu butuh waktu dan kesempatan untuk berinteraksi dengan alam, karena secara jasmani dan rohani itu bakal bagus buat mereka.”, ujar Jesse dalam menjelaskan betapa ia menghargai alam. Jesse, yang sekarang masih berkuliah di Universitas Pelita Harapan ini, adalah tipe orang yang lebih suka menghabiskan waktu luangnya sendirian. Ia mengaku menyukai pergi ke toko buku dan toko vinyl sesekali dalam menghabiskan waktu luangnya. Meskipun demikian, ia juga tetap menikmati apabila waktu luangnya harus dihabiskan bersama teman-teman, “kalo misalnya diluar rumah, gue biasanya ketemu temen-temen kayak chill out, hang out, atau gak ya makan, ngopi, dan kalo weekend paling ngumpul dan mengkonsumsi alkohol.”, ujarnya.

Dilihat dari ke-easy going-nya seorang Jesse, namun ia mempunyai beberapa kegiatan yang dirasa kurang bermanfaat dan kurang fun untuk dilakukan didalam waktu luangnya, “untuk kegiatan yang gua gak suka lakuin itu, rata-rata kegiatan yang kurang produktif, menurut gua ya. Misalnya kayak, pake narkoba, atau gak cuma males-malesan, gak tau mau ngapain.. rasanya tangannya tuh gatel pengen ngelakuin sesuatu. Jadi kalo itu gak produktif, gua gak suka.”. Menurutnya, walaupun waktu luang dapat diisi dengan kegiatan apapun, ia berpendapat bahwa waktu luang tidak harus diisi dengan hal-hal yang hanya bermalas-malasan, ia ingin walaupun itu hanya waktu luang, namun dapat diisi dengan  kegiatan yang dapat bermanfaat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

Jesse adalah seseorang juga menyukai minuman beralkohol, seperti yang ia kemukakan bahwa biasanya kalau weekend, ia suka menghabiskan waktunya berkumpul dengan teman-teman untuk pergi ke pub atau bar. Ia masih bisa menikmati situasi atau atmosphere yang ada di pub atau bar, sesekali, seperti yang ia katakan, “gue seneng tempat dimana, gua bisa mengkonsumsi.. let’s say alkohol, atau minuman apapun dan lo bisa ngobrol dengan baik sama temen lo. Itu menurut gua paling penting, karena kalo lo ketemu tapi gak bisa berkomunikasi, itu gak baik.”. Namun, ia sangat tidak bisa terlalu menikmati atmosphere yang terlalu bising, seperti contohnya mall atau tempat clubbing. Menurutnya, tempat clubbing tidak bisa dijadikan sarana untuk leisure time dia, karena tempat yang bising itu dapat menghambat komunikasi dengan teman-temannya, dalam artian mungkin ditempat yang bising, Jesse tidak dapat ngobrol atau bercanda tawa dengan temannya dengan mudah beda seperti jika ia berada di tempat ngopi atau kafe. Selain menyukai kegiatan indoor, Jesse pun menyukai beberapa kegiatan outdoor, misalnya seperti traveling naik mobil, seperti ke gunung, dan sebisa mungkin berhubungan dengan alam, “se-simple kayak jalan-jalan dihutan, atau mengunjungi air terjun. Menurut gua, itu juga sangat relaxing.”, ujarnya sambil menjelaskan beberapa hobinya yang terkait dengan kecintaannya terhadap alam. Jesse juga sempat mengutarakan bahwa ia kurang meyukai beberapa tempat, namun bukan karena service nya buruk atau semacamnya, melainkan lebih karena ia tidak merasa tempat itu dapat ia jadikan sarana untuk melakukan suatu hal yang bermanfaat, “basically gua kurang suka kayak tempat.. lo pergi kesuatu tempat dan lo gak tau mau ngapain. Karena menurut gua, untuk gua pergi kesuatu tempat, harus ada tujuan yang jelas mau ngapain. Jadi, let’s say kayak ‘eh ke mall yuk’ tapi lo di mall lo gak tau mau ngapain. Menurut gua it’s a waste of time, so it’s better lo duduk dan lo ngobrol dari pada lo gak ada tujuannya.”, ujar Jesse.

Jesse juga sempat bercerita mengenai pengalaman yang kurang menyenangkan saat ia melakukan leisure time dia. “kalo dibilang annoying experience, adalah saat, satu, orang lain mengganggu privacy gua, langsung maupun tidak langsung. Kedua, kayak menurut gua tempat itu tuh dalam standar gua tuh servicenya kurang. Jadi, tidak promising, dan yang pasti gua gak akan balik lagi. Dan juga, kayak ada nih ya restoran Jepang, kita gak boleh sebut nama lah. Banyak review yang mengatakan bahwa restorannya enak, murah, bagus, servicenya bagus, dan sebagainya.. tapi begitu gua nyoba kesana, as a first person, itu dibawah expectation gua. Katakanlah kalo expectation gua itu jalan raya, ini got.”, ujarnya sambil memasang raut muka yang kesal karena teringat pengalaman buruk itu. Selain itu, Jesse juga sempat menceritakan tentang pengalaman manisnya ketika berada disuatu tempat, “kalo dalam, let’s say satu bulan terakhir, sebenernya gua paling seneng saat gua traveling sama temen gue ke Kawah Putih. Alasannya adalah, itu perjalannya sangat jauh, dan kadang-kadang sinyalnya itu berantakan. Gue spent dalam satu hari itu kira-kira sekitar 6 jam hanya didalam mobil. Bolak balik. Tapi begitu gua nyampe sana, meskipun udah sore gua dateng diwaktu yang tepat karena menurut gua adalah itu saat dikondisinya yang paling top, dimana gue bener-bener merasakan, apa ya.. ambience Kawah Putih. Not ambience yang mereka mau kasih, tapi strictly ambience yang gua terima dari sebuah Kawah Putih.”,ujar Jesse sambil tersenyum. “Yang, gua juga seneng saat gue traveling ke Jogja, karena menurut gue kota Jogja itu lebih produktif, dalam budaya, dalam masyarakatnya dibandingkan Jakarta. Kenapa? Sebagai contoh, gue gak harus worried atas namanya sampah, ketika dipinggir jalan. It’s a rare experience, gitu. Kalo gue ngomongin yang jelek-jelek, gue di Jakarta pernah makan soto disebelah gue tikus. Ini bukan filmnya Pixar, jadi ya… not good.”, sambungnya sambil mengenang liburannya saat di Jogja.

Saat mewawancarai Jesse, saya sempat bertanya mengenai willingness to pay yang rela ia keluarkan menyangkut leisure time dia, dan ia menjawab, “ada. yaitu, satu, mood. Kenapa? Karena, lo tau diri lo sendiri dan lo tau apa yang lo butuhin dalam hidup lo kan, jadi it determines aktifitas lo gitu. Kedua, let’s say gua akan selalu mencoba sesuatu yang baru. Ya.. kita gak ngomong narkoba ya, tetapi kalo sebuah restoran menawarkan makanan yang let’s say agak mahal, dibandingkan seorang mahasiswa akan membayar, gua akan coba, kenapa… it’s a new experience. Perkara baik atau buruk itu gue review nanti. Tapi as long as it’s a new experience, gua akan ambil. Dan, gue gak ada batasan untuk tempat yang akan gue datengin karena menurut gue setiap tempat itu ada experiencenya itu sendiri.”. Dari jawaban yang Jesse berikan, kita bisa melihat bahwa ia tidak akan membatasi pengeluarannya untuk leisure time nya selama hal tersebut memang bisa  memberikannya new experience. Saya juga sempat menanyakan nomimal yang rela ia keluarkan untuk kegiatan leisurenya, baik untuk sekedar mengisi leisure timenya ataupun untuk hobinya, dan Jesse memberikan jawabannya, “maaf ya, untuk hobi gua, apapun itu, itu kan passion gua, jadi selama gua masih bisa bayar, gua akan bayar. Dan selama gua masih seneng, gua akan keluarin. Tapi, let’s say sesuatu yang lo konsumsi, makanan, minuman, dan berbagai macam lainnya.. kalo untuk makanan dan minuman di restoran atau kafe, gue akan bayar 50 sampe 200 ribu. Cuma, if you talk like weekend, and you go like bar, lounge, I don’t mind spending above 1 juta, karena that the product that I have to pay, and you get the benefit anyway, gitu.”.

Banyak cara bagi setiap individu untuk menghabiskan waktu luangnya, dan demikianlah beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Jesse Prawiro dalam menghabiskan waktu luangnya, baik itu untuk dirinya sendiri atau bersama dengan kawan-kawan. Apapun kegiatan yang dilakukan, lakukanlah untuk membuat diri kita lebih relax, agar saat kembali kerutinitas sehari-hari, kita sudah mempunyai tubuh dan pikiran yang lebih jernih, dan penuh dengan semangat yang baru. Have a nice day!

Tuesday, September 23, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT



#JAKARTAREPOSEPROJECT

aims at creating and meeting the peak point of the demand of Jakartans leisure seeker and rebuilding Jakarta's leisure industries.
we,

@monwidjaja
@yorenno
@mariogultomm
@ririrafelia
@philareta
@beatriectjahya
@almasnizarb

will furtherly post our journey in discovering Jakartans leisure time
as the modern man in an urban life.

Will be posting on:
http://monwidjaja.blogspot.com
http://philareta.blogspot.com
http://yrwidjaja.blogspot.com
http://beatriectjahya.blogspot.com
http://martompandapotan.blogspot.com
http://ririraf.blogspot.com/