Sunday, September 28, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT #3


NAMA:                    CAECILIA HERIJANTI
UMUR:                    50 TAHUN
STATUS:                 MENIKAH
PEKERJAAN:        IBU RUMAH TANGGA
DOMISILI:             MENTENG, JAKARTA PUSAT


“Tau kan kalo kerjaan sehari-hari tuh monoton, itu-itu aja, seperti lingkaran setan yang sudah tau waktunya masing-masing, jam segini harus apa, jam segitu harus apa.”


Kali ini informan saya yang ketiga adalah ibu dari salah satu sahabat saya, tante Caecilia yang biasa saya panggil tante Lia. Beliau kini berusia 50 tahun, dan memiliki tiga orang anak perempuan, yang pertama berusia 22 tahun dan sudah menjadi lulusan fakultas hukum Universitas Indonesia, yang kedua yakni yang sekaligus merupakan sahabat saya yang berusia 20 tahun, sedang menyelesaikan skripsinya di jurusan business management Raffles University di Singapore, dan yang ketiga berusia 12 tahun dan sedang dalam jenjang SMP di Raffles School Pondok Indah.

Tante Lia yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini, dikesehariannya adalah sibuk mengurus keperluan rumah tangga sama seperti ibu rumah tangga lainnya, yakni mengurus suami dan anak-anaknya. Baginya waktu luang itu dirasa sangat penting karena kepadatan kegiatannya sehari-hari telah sangat membuatnya lelah dan penat. “Kalo leisure time menurut aku tuh itu waktu untuk keluar dari rutinitas kerja sehari-hari, waktu seneng-seneng sama keluarga, sama temen, atau diri sendiri yang sama sekali gak ada hubungannya dengan kerjaan sehari-hari.”, kira-kira seperti itulah definisi waktu luang menurut beliau. Hal-hal yang biasa beliau lakukan saat leisure time terutama bersama keluarga adalah liburan bersama, dan kegiatannya itu bercampur mulai dari yang hanya untuk relaxing seperti menghabiskan waktu melihat keindahan pantai, atau pergi kesuatu objek wisata untuk menikmati pemandangannya, sampai dengan kegiatan yang memacu adrenalin, karena suami beliau menyukai hal-hal seperti itu, “jadi walaupun anaknya perempuan-perempuan semua, tapi dia maunya tuh anaknya kelaki-lakian. Jadi misalnya kalo kebetulan ke Bali tuh, ya dia maunya yang naik parasailing, water sport.. terus kebetulan kalo misalnya kita keluar negeri gitu kita sering yang kayak naik roller-coaster, jadi gak.. gak yang terlalu perempuan banget deh.”, ujar beliau. Kebanyakan dari kegiatan yang dilakukan tante Lia dan keluarga itu memang didasari dari ajakan sang suami yang kebetulan berlatar belakang sebagai seorang atlit renang, sehingga ada dorongan dari sang ayah untuk anak-anaknya agar menyukai kegiatan-kegiatan yang mengarah ke olah raga. Beliau juga mengatakan bahwa ada juga pengaruh dari beberapa masukan keluarganya atau koleganya mengenai tempat-tempat atau objek wisata yang kiranya bagus untuk dikunjungi.

Bagi tante Lia dan keluarga, berlibur bersama merupakan hal yang sangat diperlukan, terkait dengan kesibukan masing-masing anggota keluarga setiap harinya. Namun kegiatan tersebut tidak mesti dilakukan secara rutin, “kalo untuk rutin sih sebenernya gak selalu jadi patokan harus ‘oh dalam 1 bulan harus 3 kali, 2 kali’ sebenernya gak juga. Lebih ke ini aja.. ada waktunya aja. Jadi kadang-kadang ‘ah lagi pengen nih’ liat anak-anak ada waktunya gak.”, ujar ibu tiga anak ini. Tante Lia juga sempat memberi tahu bagaimana cara ia memanage budget untuk liburan bersama keluarganya, yakni dengan adanya budgeting sendiri memang khusus untuk liburan keluarga, misalnya seperti pada akhir bulan atau pertengahan tahun, terutama pada saat anak-anaknya ada waktu luang untuk liburan, dari situ beliau dan suami mulai melakukan perhitungan dan persiapan budget untuk liburan bersama. Selain itu, bagi tante Lia dan keluarga, tidak menjadi suatu hal yang masalah dalam masalah ‘merogoh kocek’ selama liburan dan apa yang mereka harapan dengan budget yang dikeluarkan itu setimpal atau worth it.

Menurut tante Lia, kegiatan yang beliau dan keluarga rasa kurang menyenangkan untuk dilakukan saat waktu luang adalah apabila saat sedang liburan, bersenang-senang menghabiskan waktu bersama keluarga, tetapi harus  mendapat kendala yakni panggilan atau gangguan untuk urusan pekerjaan dari kantor suaminya, “jadi kayaknya kita yang udah bikin jadwal, kita udah ekspektasi bahwa kita akan kesini, kesini, kesini, udah dijadwalin semua baik-baik, tiba-tiba itu masuk, jadi ya.. bukan aku aja tapi anak-anak juga bete ya.. jadi ‘oh harusnya jam sekian kita pergi’ ketunda lagi.. itu yang jadi bikin gak enak lah, gitu.”, ujar beliau sambil mengenang liburan bersama yang terganggu oleh urusan kantor.

Namun untuk tante Lia pribadi, waktu luang yang beliau miliki biasanya dihabiskan dengan kegiatan arisan, “kalo untuk aku sendiri ya kebetulan aku ada temen-temen arisan, nah itu ada temen arisan di kuliah, ada temen arisan di SMA, jadi yang kadang-kadang gantian aja waktunya. Nah itu biasanya kadang bisa siang, kadang bisa sore atau malam, dan sebisa mungkin biasanya pasti akan keluarlah.. gitu. Akan hadirlah, karena buat buang bosen aja, gitu.”, jawab beliau. Tante Lia juga beranggapan bahwa di Jakarta segala tempat yang bisa dikunjungi, dalam artian tempat yang terlalu modern dan konsumtif, sudah terlalu banyak, dan hal itu membuat terkadang beliau merasa ‘lelah’ dengan keadaan di Jakarta. Kebetulan, beliau memang lebih menyukai hal-hal yang tidak terlalu berunsur ‘kekotaan’, hal tersebut dapat dilihat dari tanggapannya mengenai tempat liburan yang terlalu ‘modern’, “nah tapi kalo pergipun, di hotelnya aja deh, kalo yang model terlalu formil, kayaknya keluar aja  yang mesti dress up, males banget.”.

Tante Lia dan keluarga memiliki harapan bagi Jakarta, yakni semoga Jakarta dapat diperbaiki terutama dari aspek lingkungannya. Karena lingkungan Jakarta dirasa masih belum cukup tertib dan aman bagi beliau dalam melakukan kegiatan waktu luangnya. Beliau merasa bahwa lingkungan Jakarta masih kurang bersih dan kurang ‘hijau’, dalam artian Jakarta masih kurang asri untuk ditinggali. Begitu juga dengan kebanyakan sisi masyarakat yang masih terlalu memandang level strata, yang menjadikan Jakarta layaknya kota yang kejam. Beliau dan keluarga berharap di Jakarta bisa ada tempat yang cukup asri, minimal taman seperti taman Suropati. Beliau berharap agar tempat-tempat seperti itu diperbanyak, sehingga tidak perlu baginya dan keluarga untuk harus jauh-jauh keluar kota bahkan keluar negeri hanya untuk bisa mendapatkan suasana ‘sejuk’, asri, dan nyaman seperti itu.

No comments:

Post a Comment