NAMA: CAECILIA HERIJANTI
UMUR: 50 TAHUN
STATUS: MENIKAH
PEKERJAAN: IBU RUMAH TANGGA
DOMISILI: MENTENG, JAKARTA PUSAT
“Tau kan kalo kerjaan sehari-hari tuh
monoton, itu-itu aja, seperti lingkaran setan yang sudah tau waktunya
masing-masing, jam segini harus apa, jam segitu harus apa.”
Kali ini informan saya yang ketiga adalah ibu dari salah satu sahabat
saya, tante Caecilia yang biasa saya panggil tante Lia. Beliau kini berusia 50
tahun, dan memiliki tiga orang anak perempuan, yang pertama berusia 22 tahun
dan sudah menjadi lulusan fakultas hukum Universitas Indonesia, yang kedua
yakni yang sekaligus merupakan sahabat saya yang berusia 20 tahun, sedang
menyelesaikan skripsinya di jurusan business
management Raffles University di Singapore, dan yang ketiga berusia 12
tahun dan sedang dalam jenjang SMP di Raffles School Pondok Indah.
Tante Lia yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga ini, dikesehariannya
adalah sibuk mengurus keperluan rumah tangga sama seperti ibu rumah tangga
lainnya, yakni mengurus suami dan anak-anaknya. Baginya waktu luang itu dirasa
sangat penting karena kepadatan kegiatannya sehari-hari telah sangat membuatnya
lelah dan penat. “Kalo leisure time
menurut aku tuh itu waktu untuk keluar dari rutinitas kerja sehari-hari, waktu
seneng-seneng sama keluarga, sama temen, atau diri sendiri yang sama sekali gak
ada hubungannya dengan kerjaan sehari-hari.”, kira-kira seperti itulah definisi
waktu luang menurut beliau. Hal-hal yang biasa beliau lakukan saat leisure time terutama bersama keluarga
adalah liburan bersama, dan kegiatannya itu bercampur mulai dari yang hanya
untuk relaxing seperti menghabiskan waktu melihat keindahan pantai, atau pergi
kesuatu objek wisata untuk menikmati pemandangannya, sampai dengan kegiatan
yang memacu adrenalin, karena suami beliau menyukai hal-hal seperti itu, “jadi
walaupun anaknya perempuan-perempuan semua, tapi dia maunya tuh anaknya
kelaki-lakian. Jadi misalnya kalo kebetulan ke Bali tuh, ya dia maunya yang
naik parasailing, water sport.. terus kebetulan kalo
misalnya kita keluar negeri gitu kita sering yang kayak naik roller-coaster, jadi gak.. gak yang
terlalu perempuan banget deh.”, ujar beliau. Kebanyakan dari kegiatan yang
dilakukan tante Lia dan keluarga itu memang didasari dari ajakan sang suami
yang kebetulan berlatar belakang sebagai seorang atlit renang, sehingga ada
dorongan dari sang ayah untuk anak-anaknya agar menyukai kegiatan-kegiatan yang
mengarah ke olah raga. Beliau juga mengatakan bahwa ada juga pengaruh dari
beberapa masukan keluarganya atau koleganya mengenai tempat-tempat atau objek
wisata yang kiranya bagus untuk dikunjungi.
Bagi tante Lia dan keluarga, berlibur bersama merupakan hal yang sangat
diperlukan, terkait dengan kesibukan masing-masing anggota keluarga setiap
harinya. Namun kegiatan tersebut tidak mesti dilakukan secara rutin, “kalo
untuk rutin sih sebenernya gak selalu jadi patokan harus ‘oh dalam 1 bulan
harus 3 kali, 2 kali’ sebenernya gak juga. Lebih ke ini aja.. ada waktunya aja.
Jadi kadang-kadang ‘ah lagi pengen nih’ liat anak-anak ada waktunya gak.”, ujar
ibu tiga anak ini. Tante Lia juga sempat memberi tahu bagaimana cara ia
memanage budget untuk liburan bersama
keluarganya, yakni dengan adanya budgeting
sendiri memang khusus untuk liburan keluarga, misalnya seperti pada akhir bulan
atau pertengahan tahun, terutama pada saat anak-anaknya ada waktu luang untuk
liburan, dari situ beliau dan suami mulai melakukan perhitungan dan persiapan
budget untuk liburan bersama. Selain itu, bagi tante Lia dan keluarga, tidak
menjadi suatu hal yang masalah dalam masalah ‘merogoh kocek’ selama liburan dan
apa yang mereka harapan dengan budget
yang dikeluarkan itu setimpal atau worth
it.
Menurut tante Lia, kegiatan yang beliau dan keluarga rasa kurang
menyenangkan untuk dilakukan saat waktu luang adalah apabila saat sedang
liburan, bersenang-senang menghabiskan waktu bersama keluarga, tetapi
harus mendapat kendala yakni
panggilan atau gangguan untuk urusan pekerjaan dari kantor suaminya, “jadi
kayaknya kita yang udah bikin jadwal, kita udah ekspektasi bahwa kita akan
kesini, kesini, kesini, udah dijadwalin semua baik-baik, tiba-tiba itu masuk,
jadi ya.. bukan aku aja tapi anak-anak juga bete
ya.. jadi ‘oh harusnya jam sekian kita pergi’ ketunda lagi.. itu yang jadi
bikin gak enak lah, gitu.”, ujar beliau sambil mengenang liburan bersama yang
terganggu oleh urusan kantor.
Namun untuk tante Lia pribadi, waktu luang yang beliau miliki biasanya
dihabiskan dengan kegiatan arisan, “kalo untuk aku sendiri ya kebetulan aku ada
temen-temen arisan, nah itu ada temen arisan di kuliah, ada temen arisan di
SMA, jadi yang kadang-kadang gantian aja waktunya. Nah itu biasanya kadang bisa
siang, kadang bisa sore atau malam, dan sebisa mungkin biasanya pasti akan
keluarlah.. gitu. Akan hadirlah, karena buat buang bosen aja, gitu.”, jawab
beliau. Tante Lia juga beranggapan bahwa di Jakarta segala tempat yang bisa
dikunjungi, dalam artian tempat yang terlalu modern dan konsumtif, sudah
terlalu banyak, dan hal itu membuat terkadang beliau merasa ‘lelah’ dengan
keadaan di Jakarta. Kebetulan, beliau memang lebih menyukai hal-hal yang tidak
terlalu berunsur ‘kekotaan’, hal tersebut dapat dilihat dari tanggapannya
mengenai tempat liburan yang terlalu ‘modern’, “nah tapi kalo pergipun, di
hotelnya aja deh, kalo yang model terlalu formil, kayaknya keluar aja yang mesti dress up, males banget.”.
Tante Lia dan keluarga memiliki harapan bagi Jakarta, yakni semoga
Jakarta dapat diperbaiki terutama dari aspek lingkungannya. Karena lingkungan
Jakarta dirasa masih belum cukup tertib dan aman bagi beliau dalam melakukan
kegiatan waktu luangnya. Beliau merasa bahwa lingkungan Jakarta masih kurang
bersih dan kurang ‘hijau’, dalam artian Jakarta masih kurang asri untuk
ditinggali. Begitu juga dengan kebanyakan sisi masyarakat yang masih terlalu
memandang level strata, yang menjadikan Jakarta layaknya kota yang kejam.
Beliau dan keluarga berharap di Jakarta bisa ada tempat yang cukup asri,
minimal taman seperti taman Suropati. Beliau berharap agar tempat-tempat
seperti itu diperbanyak, sehingga tidak perlu baginya dan keluarga untuk harus
jauh-jauh keluar kota bahkan keluar negeri hanya untuk bisa mendapatkan suasana
‘sejuk’, asri, dan nyaman seperti itu.